Salah satu penghasil beras dengan kualitas baik di Indonesia berasal dari daerah Jatiluwih, Bali. Jatiluwih Rice Terraces Bali menjadi sebab dari keberhasilan kualitas beras tersebut. Di samping itu, Jatiluwih berada dekat dengan gunung berapi Batukaru.
Gunung tersebut merupakan salah gunung berapi tertinggi kedua di pulau Bali. Tidak heran jika daerah tersebut memiliki tanah yang subur. Diyakini bahwa sawah yang menakjubkan ini terjadi secara alami sehingga tercatat sebagai Situs Warisan oleh UNESCO.
Area persawahan menjadi salah satu objek wisata Jatiluwih yang sangat populer. Karena tidak afdol saat berkunjung ke Bali tidak melihat indahnya pemandangan sawah alami. Seperti Jatiluwih Rice Terraces Bali ini.
Namun, di balik nama daerah tersebut terdapat kisah mistis yang sampai saat ini masih dipercayai oleh beberapa kalangan masyarakat Bali. Adapun cerita tersebut berasal dari cerita rakyat yang mengartikan kata “jaton” dan “luwih.”
Jaton memiliki artian pesona dan luwih memiliki arti baik, dengan itu Jatiluwih dapat diartikan sebagai desa penuh dengan kebaikan. Hal ini ada sangkut pautnya dengan jimat keberuntungan. Cerita lainnya, dipercayai bahwa Jatiluwih dulunya adalah makam Jatayu.
Jatayu adalah sejenis makhluk mitologi setengah dewa dengan wujudnya seperti burung garuda. Cerita mistis tersebut sampai saat ini masih diyakini oleh sebagian masyarakat Bali.
Jatiluwih village atau desa Jatiluwih terletak di kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Tempat tersebut dikelilingi oleh hamparan sawah yang luas. Luasnya membentang sepanjang gunung, yakni dari pucuk hingga dasar.
Jatiluwih menjadi destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi oleh para pelancong di pulau Bali. Fantastiska, panorama alam berupa sawah di sepanjang gunung ini sudah ada sejak jaman dahulu. Oleh karena itu, pada tahun 2012 di nobatkan sebagai situs budaya.
Untuk sampai di Jatiluwih, bisa mengambil arah menuju Tol Mandara kemudian akan masuk ke Jalan Raya Pelabuhan Benoa. Kemudian, lanjut ke arah Jalan Raya Sesetan hingga 6 kilometer. Setelahnya arahkan menuju Jalan HOS Cokroaminoto.
Berikutnya sampai sejauh 5 km belok ke kanan dan masuk ke Jalan I Gusti Ketut Jelantik hingga Jalan Wisnu. Tetap lurus hingga 6,5 km dan berbelok ke kanan menuju Jalan Raya Marga Apuan. Dari sana ikuti tanda di jalan hingga sampai di Jatiluwih.
Bagi para wisatawan yang ingin memasuki masuk ke Jatiluwih Rice Terraces Bali harus membayar sebesar Rp15.000 bagi wisatawan lokal. Bagi para wisatawan dari luar negeri perlu membayar sebesar Rp40.000 saja.
Harga tersebut masih cukup terjangkau dan nantinya juga dipakai untuk pengembangan daerah persawahan. Harga tiket bisa berubah sewaktu-waktu atau ketika hari libur nasional. Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan.
Sawah Jatiluwih memang menjadi tempat wisata dengan pengunjung teramai ke-10 di Bali. Baik di Jatiluwih maupun di Tegalalang memiliki panorama sawah yang mempesona. Jatiluwih vs Tegalalang keduanya sebanding.
Persawahan daerah Jatiluwih lebih luas dan terdapat pemandangang berupa gungung volcano. Padi yang ditanam pun lebih beragam, yakni beras putih, merah dan hitam. Sedangkan di sawah di daerah Tegalalang hanya sebagian kecil.
Tegalalang lebih ramai dibandingkan dengan daerah persawahan di Jatiluwih. Padi yang ditanam pada persawahan Tegalalang hanyalah padi putih. Keduanya sama-sama memiliki pemandangan yang menakjubkan.
Jatiluwih Rice Terraces Bali merupakan warisan budaya yang telah tercatat dalam UNESCO. Siapapun yang berkunjung pasti akan senang melihat sejuknya panorama di Jatiluwih. Selalu jaga kebersihan dan jangan mengotori area persawahan.
