Upacara adat Bali berkaitan dengan kegiatan keagamaan Hindu, agama yang dianut mayoritas masyarakat Bali. Upacara adat ini adalah bagian dari keseharian masyarakat di pulau ini. Upacara adat tidak hanya menarik minat para pelakunya tetapi juga wisatawan.
Pasalnya, pada saat upacara seluruh masyarakat bisa berbaur dengan mengenakan pakaian adat Bali, sesuai dengan jenis upacaranya. Maka tak heran jika upacara adat di Bali selalu ditunggu-tunggu oleh warganya maupun wisatawan yang berkunjung.
Bali mempunyai banyak potensi pariwisata dan budaya. Tak heran jika pulau yang dijuluki Pulau Dewata ini tak pernah sepi wisatawan. Ingin melihat sisi lain Bali? Dapatkan momen seru dengan menyaksikan 5 tradisi Bali yang terkenal berikut ini.
Upacara Ngaben adalah salah satu upacara adat yang terkenal di Bali. Ngaben sendiri adalah upacara pembakaran jenazah. Upacara ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menyempurnakan jenazah.
Upacara Ngaben terbagi dalam beberapa kategori, yaitu Ngaben Asti Wedana, Ngaben Sawa Wedana, dan Swasta. Umumnya upacara yang paling sering dilakukan adalah Ngaben Asti Wedana.
Dalam upacara ini jenazah dikuburkan terlebih dahulu, hingga nantinya hanya tulang belulangnya saja yang melalui proses pembakaran. Upacara Ngaben tidak selalu dilaksanakan, karena biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakannya tidak sedikit.
Upacara adat Bali berikutnya yaitu upacara Mekare-kare. Upacara ini dikenal juga dengan sebutan โperang daun pandanโ, karena para pesertanya bertarung menggunakan daun pandan berduri.
Upacara ini diadakan sebagai bentuk penghormatan terhadap Dewa Indra yang merupakan dewa perang dalam agama Hindu.
Upacara ini hanya untuk laki-laki pemberani dan tangguh. Prosesi ini diiringi dengan musik gamelan yang nyaring dan sorak-sorai penonton. Setelah perang usai, mereka akan dirawat dan didoakan oleh orang yang lebih tua agar mereka tidak merasakan kesakitan.
Upacara Melasti dimaksudkan sebagai penyucian diri bagi masyarakat Hindu di Bali dengan mengunjungi beberapa sumber air suci seperti danau, mata air, dan laut yang diyakini menyimpan mata air keabadian atau Amerta.
Dalam acara ini, pejabat Hindu akan memercikkan air suci ke kepala setiap orang yang datang untuk membuang hal-hal buruk di dalam tubuh.
Upacara adat Bali yang menarik lainnya yaitu upacara omed-omedan. Upacara ini biasanya dilaksanakan setelah hari raya Nyepi. Pada awal upacara, terdapat kegiatan doa massal di pura.
Kemudian, kelompok remaja putri yang belum menikah berusia 18 hingga 30 tahun akan saling berhadapan. Umumnya akan ada satu remaja putri dan remaja putra yang maju ke depan dan disiram air.
Kemudian mereka akan saling berkelahi, kegiatan ini terkadang diakhiri dengan keduanya saling berciuman.
Upacara Saraswati diadakan untuk merayakan ilmu pengetahuan. Melalui upacara ini, umat Hindu mengadakan ritual pemujaan terhadap Dewi Saraswati yang dipercaya membawa ilmu pengetahuan ke muka bumi agar manusia menjadi terpelajar.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan akan didoakan dalam upacara ini, seperti kitab dan kitab suci. Anda dapat menyaksikan para penari tampil dan mendengarkan pembacaan cerita.
Upacara Saraswati terbagi dalam tiga tahap, yaitu pra-upacara, upacara utama, dan upacara penutupan.
Itulah beberapa upacara adat Bali yang sayang untuk dilewatkan saat Anda berlibur ke Bali. Disini Anda bisa merencanakan liburan seru di Pulau Dewata, dan nikmati keindahan pulau ini serta keunikan tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Jika anda membutuhkan sewa mobil murah lepas kunci atau dengan sopir, Putri Bali Rental siap menemani perjalanan anda yang aman dan nyaman.
Ketika Anda berkunjung ke Bali tidak jarang menemukan masyarakat menggunakan gelang Bali dengan beberapa warna. Nama gelangnya adalah Gelang Tridatu yang bukan gelang biasa dan memiliki arti tertentu.ย
Ternyata tidak hanya digunakan oleh masyarakat Bali saja, Anda bisa saja menemukan orang menggunakan Gelang Tridatu di luar Bali. Ada arti di balik gelang tersebut yang penting untuk diketahui.
Ada sejarah di balik gelang Tridatu asli Bali yang tidak terbentuk begitu saja seperti yang Anda lihat saat ini. Tentu saja sejarah ini penting diketahui walaupun Anda bukan warga Bali. Sejarahnya dimulai pada abad ke 14 dan 15 saat Bali berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Saat itu, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Dalem Waturenggong. Lantas ada Raja Gelgel yang mulai melakukan penyerangan dengan mengirik Ki Patih Jelantik menuju Pulau Nusa Penida.
Kemudian, Nusa Penida yang saat itu berada dalam pimpinan Ki Dalem Bungkut melakukan kesepakatan dengan Raja Gelgel. Pertikaian tersebut akhirnya, seorang ratu bernama Ratu Gede Mecaling memutuskan untuk melindungi masyarakat Hindu yang taat kepada leluhur.
Lalu bagaimana nasib masyarakat yang tidak patuh dengan leluhur? Masyarakat tersebut akhirnya dihukum langsung oleh Ratu Gede Mecaling. Saat itulah Gelang Tridatu dibuat untuk menandakan bahwa orang yang menggunakannya termasuk orang yang taat terhadap aturan.
Masyarakat Hindu percaya bahwa gelang tersebut digunakan untuk melindungi dirinya dari mara bahaya.
Lantas siapa saja yang boleh mengenakan gelang Bali tersebut? Secara umum yang biasa menggunakan gelang tersebut adalah masyarakat Hindu di Bali. Hal ini karena aksesoris tersebut adalah ciri khas atau identitas masyarakat Bali.
Kalau Anda melihat orang mengenakan Tridatu, itu adalah masyarakat Bali. Hanya saja, tidak ada larangan bagi masyarakat yang tidak beragama Hindu untuk mengenakan gelang tersebut. Jadi, warga luar Bali juga bisa mengenakan gelang tersebut.
Berikut ini beberapa alasan mengapa gelang tersebut sangat penting bagi masyarakat Hindu di Bali.
Masyarakat Hindu di Bali percaya bahwa gelang ini yang asli adalah bentuk perlindungan yang diberikan oleh Tuhan dari mara bahaya. Sehingga ketika mengenakan gelang tersebut akan menghadirkan perasaan nyaman.
Alasan mengapa gelang tersebut penting yang berikutnya adalah termasuk gelang dengan benang tiga warna. Gelang ini terdiri dari 3 warna yaitu hitam, putih, dan merah. Tiga warna tersebut melambangkan tiga kekuatan dari Tuhan yaitu Tri Murti.
Terakhir adalah sebagai identitas dari orang Bali asli yang membedakannya dengan kelompok atau masyarakat lain. Contohnya adalah untuk membedakan mana Suku Bugis dan Suku Bali bisa melihat masyarakat yang menggunakan gelang tersebut.
Hal ini karena di Bali terdapat masyarakat Bugis yang juga hidup saling berdampingan. Karena itu, untuk membedakannya bisa dilihat dari gelangnya.
Lantas apa arti dari gelang ini sendiri? Seperti penjelasan di atas bahwa terdapat 3 warna benang pada gelang tersebut. Setiap warna memiliki maknanya masing-masing seperti warna merah melambangkan kekuatan dari Dewa Brahma sebagai Pencipta.
Adapun warna hitam melambangkan Dewa Wisnu sebagai Pemelihara dan warna putih yang melambangkan Pelebur yaitu Dewa Siwa. Memiliki arti Tri Kona yaitu lahir, hidup, dan mati sebagai perjalanan dari manusia.
Gelang Bali yang memiliki tiga warna benang ini sangat penting karena bisa dijadikan sebagai pembeda masyarakat Bali dengan masyarakat Bugis yang hidup saling berdampingan. Selain itu, Gelang Tridatu juga menggambarkan perjalanan hidup manusia.
Pulau Bali terkenal dengan wisata alamnya yang begitu mengagumkan. Tak hanya itu saja, sebenarnya ada banyak hal menarik di pulau ini. Salah satunya yaitu alat musik Bali yang keberadaannya sudah mendunia.
Alat musik tersebut sudah diwariskan dari generasi ke generasi dan dijadikan sebagai warisan budaya. Tak heran jika Anda sering menjumpai alat musik tersebut di setiap pertunjukan seni yang ada di Bali.
Beragam alat musik Bali didominasi dengan alat musik tradisional yang tidak lekang oleh waktu. Untuk memainkanya pun perlu latihan intens terlebih dahulu. Bagi yang penasaran apa saja ragam alat musiknya, simak ulasan berikut ini:
Suling ini mirip dengan sulit pada umumnya. Hanya saja yang membedakan adalah bagian bentuknya yang panjang dan besar. Biasanya, cara memainkannya yaitu dengan disandarkan pada lantai dengan posisi diagonal.
Suling Gambuh terbuat dari bambu dengan dilengkapi 6 lubang nada untuk mengeluarkan suara. Terdapat pula sebuah rongga yang digunakan untuk meniup suling tersebut. Suara yang dihasilkan dari suling ini begitu merdu dan syahdu.
Gamelan merupakan alat musik yang sudah tidak asing lagi. Hampir di setiap daerah memiliki alat musik ini untuk mengiringi kesenian tradisional. Di Bali juga terdapat gamelan Bali yang memiliki bentuk berbeda dari daerah lain.
Fungsi dari gamelan ini adalah untuk mengiringi pertunjukkan yang ada di Bali dan upacara adat. Dengan adanya gamelan akan membuat suasana menjadi lebih sakral dan hikmat. Alhasil, penonton pun ikut terbawa suasana tersebut.
Alat musik tradisional Bali ini tergolong unik dan belum tentu ditemukan di daerah lain. Keunikannya berasal dari cara memainkan alat musiknya. Dimana, cara memainkannya yaitu dengan mengulum bagian palayannya.
Genggong tidak dimainkan pada semua acara di Bali. Biasanya dimainkan pada acara ritual adat yang ada di pedesaan Bali. Jadi, Anda akan cukup sulit untuk menemukan alat musik yang satu ini.
Bentuk alat musik rindik hampir mirip dengan gamelan, hanya saja material yang digunakan berasal dari bambu. Bilah-bilah bambu disusun secara rapi agar mampu mewakili nada tertentu pada alat musik tersebut.
Alat musik khas Bali ini memainkan tangga nada pentatonis. Nantinya akan ada alat pemukul khusus yang akan membuat alat musik rindik mengeluarkan suara. Anda bisa menemukan alat musik ini saat ada upacara pernikahan, kesenian rakyat, dan lainnya.
Penggunaan alat musik rindik terbilang cukup sering di acara-acara yang ada di Bali. Anda pun bisa mengamati alat musiknya setelah mengetahui ciri-ciri yang sudah disebutkan. Mampu mengenali alat musik ini tentu merupakan kebanggaan tersendiri untuk Anda.
Mendengar namanya saja, pasti Anda akan tertawa karena begitu lucu dan unik. Untuk mengenali alat musik ini sangatlah mudah karena ciri-cirinya sangat khas. Dimana bentuknya diukir mirip dengan kura-kura.
Sumber suara berasal dari logam-logam bundar yang ada pada bagian tempurungnya. Alat musik ceng-ceng menghasilkan bunyi yang dinamis dan mampu membaur dengan alat musik lainnya. Tak heran jika perpaduannya mampu menghasilkan karya yang indah.
Beberapa alat musik Bali tersebut mungkin sudah tidak asing lagi bagi Anda jika sudah sering berkunjung ke Bali. Tak hanya mengetahuinya saja, Anda juga sudah selayaknya turut menjaga keberadaan warisan budaya tersebut agar tidak punah.ย Liburan anda akan lebih hemat jika mempertimbangkan sewa mobil lepas kunci, anda dapat mengendarai mobil lebih leluasa dan lebih nyaman saat berlibur bersama pasangan maupun keluarga.
Gelang Bali dikenal sebagai aksesoris khas Bali dan menjadi buah tangan bagi wisatawan. Kini gelang tersebut tidak hanya dikenakan oleh masyarakat Bali saja, tapi telah menjadi buah tangan wisatawan. Gelang tersebut dikenal dengan Gelang Tridatu.
Dulunya gelang tersebut dikenakan sebagai penanda bahwa orang tersebut merupakan orang Bali. Dan, sebenarnya tidak boleh sembarangan orang mengenakan gelang tersebut. Untuk itu, sebelum membelinya ketahui makna filosofis dari gelang tersebut!
Gelang Bali atau dikenal dengan gelang Tridatu adalah tiga elemen yang menyatu. Tri memiliki arti tiga dan datu adalah warna atau elemen. Oleh karena itu, Tridatu diartikan sebagai tiga elemen warna yang menyatu.
Di mana pada gelang tersebut terdapat tiga warna, yakni merah, putih dan hitam. Dari ketiga warna tersebut melambangkan beberapa makna kesucian Tuhan dalam agama Hindu. Karena mayoritas masyarakat Bali beragama Hindu, maka digunakan untuk penanda.
Warna benang merah melambangkan kekuatan Dewa Brahma, dan warna putih melambangkan kekuatan Dewa Siwa. Sedangkan warna hitam melambangkan kekuatan Dewa Wisnu sebagai pemelihara.
Selain itu, gelang khas Bali tersebut merupakan lambang dari Tri Kona. Adapun Tri Kona memiliki artian lahir, hidup dan kematian sebagai jalan kehidupan manusia.
Di balik gelang Bali nan cantik memiliki 3 warna tersebut, terdapat sejarah di dalamnya. Awalnya gelang tersebut hanya dipergunakan sebagai bukti orang tersebut telah mendekatkan dirinya kepada Tuhan dalam Hindu.
Pertama kali benang Tridatu diberikan kepada orang yang datang di Pura Dalem Ped Nusa Penida. Sampai saat ini pun gelang tersebut pasti diberikan kepada umat yang datang di seluruh Pura di Bali.
Karena sebelum dibuat menjadi gelang, benang tersebut telah melalui serangkaian proses ritual. Para umat Hindu di Bali meyakini gelang tersebut memiliki kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Oleh karenanya, diharap orang yang memakai selalu ingat dengan Tuhan.
Terdapat beberapa aturan pemakaian gelang Bali asli yang harus dilakukan. Sebenarnya walaupun bukan beragama Hindu tetap bisa memakainnya. Akan tetapi terdapat beberapa aturan yang harus dipatuhi dalam memakai gelang tersebut.
Gelang tersebut disarankan dipakai di tangan sebelah kanan, tidak diperbolehkan gelang tersebut digunakan di tangan kiri. Dan, tidak diperbolehkan untuk dipakai di pergelangan kaki karena akan dianggap sebagai pelecehan.
Seperti yang telah dibahas bahwa gelang tersebut memiliki filosofi yang sangat mendalam bagi umat Hindu. Untuk itu, walaupun bukan umat Hindu haruslah menghormati filosofi tersebut dengan mematuhi aturan pemakaiannya. Walau sepele tapi sangat riskan.
Tentu saja gelang yang dijual untuk cinderamata bukan gelang asli yang mana pembuatannya melalui beberapa ritual. Walau begitu tetap harus diperhatikan tata cara pemakaiannya agar tidak dikira melecehkan. Atau bisa memilih gelang ini dengan 9 warna.
Dalam beberapa upacara adat Hindu, benang Tridatu masih sering dipakai bahkan dalam upakara umat Hindu. Gelang Bali dalam upacara Bhuta Yadnya dipakai sebagai pelengkap sesembahan. Dan pada upacara Manusa Yadnya digunakan sebagai lambang panugrahan.
Selain itu, benang tridatu juga digunakan sebagai selempang tubuh orang yang di diksa atau winten dalam upacara Rsi Yadnya. Benang tersebut juga dipakai sebagai media penghubung antara pemuda dengan yang Dipuja. Karena lambang kesucian dari benang tersebut.
Gelang Bali bukan sembarang aksesoris khas Bali sebagai kenangan pernah mengunjunginya. Akan tetapi maknanya lebih dari itu, dan merupakan sebuah tradisi dan lambang suci bagi umat Hindu. Untuk itu, jangan sembarangan memakai gelang tersebut. Jika anda membutuhkan sewa mobil murah lepas kunci atau dengan sopir, Putri Bali Rental siap menemani perjalanan anda yang aman dan nyaman.
Bali memang tempat hits untuk liburan, karena alamnya yang menakjubkan dan makanan tradisionalnya yang enak. Tapi bukan cuma itu saja. Baju Bali dan pakaian adatnya juga tidak kalah bagus dari keindahan alamnya. Di balik model baju adat tersebut, ada beberapa fakta menarik.
Baju adat di Bali sendiri variasinya banyak meskipun terlihat mirip. Tiap daerah punya ciri khas dan ornamennya sendiri. Dan faktanya, perbedaannya tergantung pada kegiatan adat, jenis kelamin, status sosial, dan umur.
Bali yang sering disebut Seribu Pura punya baju adat yang keren. Kostum adat Bali sendiri dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni Payas Agung, Payas Madya, dan Payas Nista.
Payas Agung khusus untuk keluarga kerajaan zaman Kerajaan Badung. Tidak heran kalau model ini terlihat lebih wah dan elegan dibanding yang lainnya. Biasanya, Payas Agung dikenakan saat menghadiri acara adat pernikahan, ngaben, munggah deha, mesangih, dan acara adat lainnya.
Payas Agung untuk perempuan punya ciri khas warna dan corak khas Bali yang mewah. Kostumnya terdiri dari atasan (angkin prada), selendang, dan bawahan songket Bali sepanjang mata kaki.
Sedangkan baju Bali cowok Paes Ageng menggunakan kamben, kampuh, dan umpal motif keemasan. Biasanya kaum laki-laki juga membawa keris yang dihiasi batu mulia.
Payas Madya biasa dipakai saat mengadakan upacara atau persembahyangan ke pura. Untuk laki-laki, ada udeng (kain untuk menutupi kepala), kemeja (putih untuk kesucian atau hitam untuk suasana berkabung), dan kemben (kain panjang untuk menutup pinggang sampai sejengkal atas telapak kaki).
Nah, baju Bali wanita model Payas Madya ada kebaya, kamben yang dililit dari kanan ke kiri, bulang atau stagen, dan selendang. Untuk gaya rambut, ada perbedaan antara yang sudah menikah dan yang belum menikah.
Payas Nista kebanyakan dipakai untuk kegiatan sehari-hari, seperti gotong-royong atau sembahyang rutin. Dulu, orang-orang biasa memakai Payas Nista dengan ciri khasnya warna putih bersih.
Laki-laki memakai udeng dan kamen, sementara perempuan memakai selendang dan kamen. Meskipun tampak simpel, tapi Payas Nista tetap terlihat anggun jika dipakai.
Tiap wilayah di Bali punya ciri khasnya sendiri dalam mengenakan baju adat, tapi tetap mengikuti aturan yang sudah ditentukan. Nah, ini penjelasannya secara lengkap.
Biasanya kebaya Bali dipasangkan dengan korset. Kebaya Bali punya warna-warna terang yang khas, dan sebenarnya ada filosofi di balik itu. Tujuannya untuk menggambarkan keceriaan dan keanggunan perempuan Bali. Selain untuk acara adat, kebaya juga sering dipakai untuk kegiatan keagamaan.
Kain kamen adalah kain untuk menutupi bagian bawah tubuh laki-laki. Bentuknya mirip sarung, tapi kamen punya corak dan motif persegi yang mencolok. Kainnya juga tipis dan halus. Kamen untuk perempuan sendiri untuk menutupi pinggang sampai mata kaki dan dililit dari kiri ke kanan.
Biasanya, kain saput dikenakan di atas kain kamen. Caranya diikat melingkari pinggang, dan ikatannya harus berlawanan arah jarum jam. Ada macam-macam saput, salah satunya saput poleng dengan warna hitam dan putih, saput poleng sudhamala warnanya putih, abu-abu, dan hitam, dan saput poleng tridatu yang warnanya putih, hitam, dan merah.
Setiap laki-laki yang memakai baju safari wajib menjaga kebersihan, kerapihan, dan sopan santun. Umumnya, kemeja safari berwarna putih, ada kerah dan kancing, dilengkapi dengan saku di dada dan bawahnya. Baju ini biasanya dipakai saat acara adat atau keagamaan.
Udeng adalah aksesori yang biasa dipakai laki-laki Bali saat acara adat dan keagamaan. Udeng tidak cuma untuk menutupi kepala, tapi juga menjadi baju Bali anak laki-laki dan dewasa. Udeng pun bukan hanya eksklusif untuk orang kaya, tapi juga untuk masyarakat kelas menengah ke bawah.
Sabuk prada dipakai berbarengan dengan kebaya yang dipadukan dengan kain kamen, tujuannya untuk menahan kain kamen agar tidak melorot. Baju Bali anak perempuan ini punya arti khusus, yakni buat melindungi tubuh, terutama rahim yang dianggap sebagai pemberian dari Tuhan.
Jadi, gaya khas baju Bali adalah didominasi warna putih. Nah, untuk laki-laki, biasanya memakai udeng dan kamen. Sementara perempuan, memakai selendang dan kamen. Tidak peduli tingkatan acaranya seperti apa, tetap saja, pakaian adat Bali tetap memberikan penampilan yang menarik. Jika anda membutuhkan sewa mobil murah lepas kunci atau dengan sopir, Putri Bali Rental siap menemani perjalanan anda yang aman dan nyaman.
Desa adat ini menjadi andalan wisata di Bali yang digemari banyak traveler. Desa ini dipilih karena warganya masih mengelola tradisi Desa Penglipuran, budaya, dan adat dengan baik, dan menjadi contoh desa yang peduli lingkungan.
Salah satunya adalah tradisi yang menjunjung tinggi alam sehingga digelari sebagai Desa Penglipuran desa terbersih. Ada juga punya tradisi untuk menghargai perempuan.
Selain menghargai alam dan menghargai perempuan, ini tradisi-tradisi unik Desa Penglipuran yang harus Anda ketahui.
Desa ini punya acara adat khas, namanya Ngerebeg atau Ngelawang. Ngerebeg ini sebenarnya punya makna khusus, yakni menjaga keselamatan warganya dengan mengusir energi negatif dan minta perlindungan dari Tuhan supaya terhindar dari bencana.
Selain itu, juga untuk membuat krama senang. Tradisi Ngerebeg ini diadakan tiga kali setahun, yaitu Hari Raya Galungan dan Buda Kliwon Pahang. Saat perayaan, mereka membawa barong sakral dari Pura Penataran Desa ke rumah-rumah warga.
Tiap kali ada warga yang meninggal, mereka akan dikubur di pemakaman desa. Meskipun sebagian besar penduduknya menganut agama Hindu.
Namun, Upacara Ngaben (pembakaran jenazah) hanya dilakukan untuk mengirim roh orang yang sudah meninggal ke Sang Pencipta. Setiap ada warga desa yang meninggal, satu ekor sapi akan dikorbankan sebagai pengorbanan suci.
Cara pemakaman juga punya keunikan tersendiri, di mana jenazah pria akan dikubur dalam posisi tengkurap, sementara jenazah wanita ditempatkan dengan posisi tengadah.
Ada keunikan Desa Penglipuran tentang hukuman bagi yang suka mencuri. Kalau ketahuan, hukumannya harus memberi sesajen berupa lima ekor ayam, dengan warna bulu yang beda dari ayam-ayam lainnya, di empat pura nenek moyang mereka.
Dengan cara ini, semua orang di desa akan tahu siapa yang mencuri dan membuatnya merasa sangat malu.
Kenduri adalah tradisi ciri khas Desa Penglipuran di mana warga desa menyiapkan makanan untuk pesta setelah mengeruk sumur. Pesta diadakan untuk segala hal yang menyangkut kesejahteraan, seperti pesta untuk tanaman dan hewan.
Jadi sebenarnya mereka minta ke Yang Maha Esa, semoga apa yang ada di dunia ini bisa membantu manusia dan membuat hidup kita makmur.
Salah satu ritual keagamaan besar yang diadakan setiap tahun adalah Ngusaba, yang menjadi sambutan Hari Raya Nyepi. Ritual ini digelar tiap 15 hari oleh warga setempat. Pura Penataran akan ramai oleh masyarakat yang lagi beribadah.
Ngusaba sebagai salah satu sejarah Desa Penglipuran terus dijalani sebagai bentuk penghormatan bagi para tetua adat yang diwariskan oleh leluhur mereka.
Penglipuran Village Festival menjadi acara tahunan yang digelar di akhir tahun. Di sini, mereka menghadirkan seni dan budaya Bali yang mengagumkan. Akan ada parade pakaian adat Bali, Barong Ngelawang, parade seni budaya, dan lomba-lomba seru.
Aturan unik lain di desa ini bernama Karang Memadu. "Karang" artinya tempat, "Memadu" artinya poligami atau poliandri. Lokasinya ada di ujung Desa Penglipuran. Konsep Karang Memadu dibangun karena warga tidak boleh poligami atau poliandri.
Kalau ada yang melanggar aturan ini, mereka akan dikirim ke Karang Memadu dan kena sanksi lain yang ditentukan lewat rapat adat. Untungnya, sampai sekarang belum ada warga yang coba melanggar aturan itu.
Magibung biasanya digelar saat acara pernikahan, atau waktu ada kegiatan adat seperti upacara di pura atau acara besar desa untuk mengundang tetangga yang punya ikatan adat, yang disebut bebanuan.
Di acara pernikahan, peserta magibung terbatas cuma untuk peduluan dan prajuru desa, jumlahnya kira-kira 20 orang. Magibung ini diadakan di bale saka enam. Yang membuat beda, dalam acara magibung, kedua pengantin malah yang menjadi pelayan acara.
Bagi Anda yang mau merasakan serunya tinggal di desa dan menyaksikan langsung tradisi Desa Penglipuran, langsung saja mampir ke sana. Anda bisa mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan warga setempat dan kehidupan sehari-hari di sana. Dan pastinya, untuk mempermudah menyusuri lokasi-lokasi wisata lain di Bali, ada baiknya sewa mobil lepas kunci di Putri Bali Rental dengan biaya yang lebih murah.